DINASTI POLITIK TANAH
JAWARA
Ratu Atut Chosiyah yang juga gubernur Banten masuk menjadi pengurus DPP
Golkar. sukses mencengkeramkan kekuasaannya di Banten. Masuk atas rekomendasi
Agung Laksono.
Ratu Atut Chosiyah terus tersenyum ketika
melantik Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany. Hari itu, 20 April
2011, Atut mencium pipi kiri-kanan adik iparnya tersebut. Baru kemudian ia menyalami
Benyamin Davnie, wakil wali kota pasangan Airin. ”Saya gembira Tangerang
Selatan punya pemimpin baru. Sebagai keluarga, pelantikan ini ha- rus
disyukuri. Ini anugerah bagi keluarga kami,” katanya seusai pelantikan. Airin
adalah istri Tubagus Chaeri War- dana, adik bungsu Atut. Sebelum memenangi pemilihan
wali kota, Airin berduet dengan Jazuli Juwaini, politikus Partai Keadilan
Sejahtera, mengikuti pemilihan Bupati Tangerang.
Pasangan ini kalah oleh Ismet Iskandar dan Rano Karno, yang belakangan
berpasangan dengan Atut dalam pemilihan Gubernur Banten 2011. Pelantikan Airin
menutup rangkaian kegembiraan Atut. Sepanjang Maret dan April tahun itu, ia
melantik anggota keluarganya di sejumlah jabatan kepala daerah di Banten.
Pada 10 Maret 2011, Atut melantik Heryani sebagai Wakil Bupati Pandeglang. Ibu
tiri Atut itu menjadi wakil Erwan Kurtubi. Lima belas hari kemudian, ia melantik
Tubagus Haerul Jaman sebagai Wali Kota Serang. Adik tiri Atut itu menggantikan
Bunyamin, wali kota yang meninggal. Pada 5 September lalu, Haerul menggandeng
Sulhi Choir, Sekretaris Kota Serang, maju lagi dalam pemilihan dan menang.
Hasil pemilihan itu kini
disengketakan di Mahkamah Konstitusi. Pada 2010, Atut melantik adik kandungnya,
Ratu Tatu Chasanah, sebagai Wakil Bupati Serang. Ratu Tatu, yang juga pengurus
Partai Golkar Provinsi Banten, mendampingi Bupati Taufik Nuriman.
Lahir sebagai putri sulung Tubagus Chasan Sochib di Ciomas, Serang,
Banten, karier politik Atut melambung setelah menjadi Pejabat Pelaksana
Gubernur Banten menggantikan Djoko Munandar pada Oktober 2005. Djoko
diberhentikan karena terlibat kasus korupsi dana perumahan anggota DPRD Banten.
Atut adalah wakil gubernur saat itu. Sejak itu, kekuasaan politik Atut menguat.
Ia disokong penuh peran Chasan, jawara di Banten.
Chasan menjuluki dirinya ”Gubernur Jenderal Banten” karena memiliki
peran besar dalam aneka proyek pemerintah. Politikus Golkar asal Banten, Irsjad
Djuwaeli, menuturkan peran Chasan begitu kuat dalam menyiapkan Atut, juga anak-anaknya
yang lain, dalam panggung po- litik. Chasan memilih Golkar sebagai kendaraan politiknya
pada 1999. Irsjad bersama Chasan ikut menuntut pembentukan Provinsi Banten.
”Saya ikut Golkar sejak 1975,” ujar Irsjad, 64 tahun, Kamis pekan lalu.
Chasan tak pernah menjadi pengurus Golkar. Namun posisinya sebagai Ketua
Umum Persatuan Pendekar dan Ketua Umum Satuan Kerja Ulama Seluruh Indonesia membuat
pengaruhnya kuat di Golkar. Sebagai jawara dan ulama, ketokohan Chasan dianggap
bisa mendulang suara di ujung Pulau Jawa ini.
Dengan pengaruhnya, Chasan dianggap sukses membawa putri sulungnya tak
hanya di pemerintahan, tapi juga di Golkar. Irsjad yakin Chasan melobi para petinggi
Golkar di pusat untuk memasukkan Atut ke jajaran petinggi Golkar. Seorang
pengurus pusat Partai Beringin berkata, Chasan dan Banten sangat diperhitungkan
dalam peta politik Golkar. Apalagi posisi putri sulung Chasan sebagai petinggi
Banten saat itu cukup menjadi kunci pengikat. ”Maka kebutuhannya adalah simbiosis
mutualisme,” kata seorang ketua Golkar.
Dalam Musyawarah Nasional Golkar di Bali, 15-20 Desember 2004, Jusuf
Kalla, yang terpilih menjadi ketua umum, memasukkan Atut ke kepengurusan 2004-2009. Atut dimasukkan sebagai wakil bendahara umum. Menurut seorang politikus,
Atut disorongkan Agung Laksono, yang waktu itu menduduki jabatan Ketua
Koordinator Golkar Wilayah Jawa Barat, DKI, dan Banten. Agung membenarkan soal
ini.”Dia memang kader yang baik. Kalau sekarang dia kena masalah, ya, kita
tunggu saja masalahnya seperti apa,” ujar Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
itu. Menurut Irsjad, perempuan pertama
No comments:
Post a Comment