Tuesday, March 8, 2016

PENGEMBANGAN BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA



PENGEMBANGAN BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA
     Malam beranjak pagi, saat para penumpang mulai turun dari pesawat yang membawa mereka dari Kuala Lumpur, Malaysia. Namun ratusan penumpang yang lelah itu, tak bisa segera meninggalkan Terminal 3 (T3) Bandara Soekarno Hatta (Soetta). Antrean panjang mengadang di loket imigrasi. Dari enam loket yang ada, hanya empat yang terisi. Padahal penumpang yang turun hampir dua ratus orang. Lelah membuat para penumpang cepat hilang kesabaran. Ricuh pun pecah. 
      Kejadian Jumat dini hari itu seolah melengkapi keluhan tentang buruknya pengelolaan Bandara So- etta. Namun pihak Angkasa Pura II (AP II) yang membawahi bandara terbesar di Indonesia itu, berkilah kericuhan itu bukan karena pengelolaan yang buruk, tetapi karena kondisi darurat. “Peristiwa kemarin itu kebetulan berbarengan saja penumpangnya dari Mandala dan AirAsia,” ujar Kristanto, Manajer Humas Angkasa Pura II.  Selama ini penerbangan internasional di Terminal 3 memang belum terlalu banyak, lantaran hanya dua maskapai Mandala dan AirAsia yang melayani penerbangan internasional di terminal ini.
      Sehingga petugas imigrasi lebih banyak terkonsentrasi di Terminal 2 yang sejak awal dikhususkan untuk penerbangan internasional. “Jadi, petugas imigrasi di Terminal 3, harus ditambah supaya pelayanan bisa cepat,” tambah Kristanto.  Kristanto juga menampik kejadian ini disebabkan kelebihan kapasitas. Walaupun diakui jumlah penumpang yang berlalu lintas di Terminal 3, tahun lalu hampir 4,5 juta orang. Sementara kapasitasnya hanya 4 juta penumpang per tahun. Namun overkapasitas ini masih bisa diatasi, walaupun kenyamanan penumpang berkurang. 
      Setelah sempat anjlok pada 2011, jumlah penumpang di Terminal 3 memang terus bertumbuh. Bahkan pihak AP II harus menolak permintaan sejumlah maskapai asing untuk melakukan penerbangan dari Terminal 3. Alasannya karena sudah overkapasitas.  Namun AP II tengah mengembangkan Terminal 3. Total dana yang disediakan untuk proyek berjuluk T3 Ultimate itu mencapai Rp4,7 triliun. Secara bertahap kapasitasnya akan ditingkatkan menjadi 22 juta orang per tahun. Pengoperasian pertama, September 2014 akan menambah kapasitas menjadi 8 juta penumpang per tahun.
      Sedangkan seluruh program pengembangan diharapkan selesai Juli 2015, dengan kapasitas menjadi 25 juta penumpang per tahun.  “Diprediksi proyek ini selesai dan dapat dioperasikan awal 2015. Pendanaan proyek ini berasal dari internal dan pinjaman perbankan yakni BRI, Mandiri dan BNI,” tutur Dirut AP II Try Sunoko, Maret lalu.  Overkapasitas memang menjadi masalah kronis bagi Bandara Soetta, sehingga bandara yang kesibukan nya berada di nomor 16 dunia ini tak masuk dalam jajaran 100 bandara top dunia.  Tahun lalu total jumlah penumpang yang hilir mudik di Bandara Soetta mencapai 53,68 juta orang.
        Padahal kapasitas tiga terminal di bandara terbesar di In- donesia ini hanya sekitar 22 juta penumpang, kurang dari separuh jumlah penumpang yang berlintasan di bandara ini. Tidak mengherankan, jika pintu masuk utama Indonesia ini selalu sesak penumpang.  Selain kapasitas, faktor lingkungan menjadi salah satu aspek kendala pengembangan Bandara Soetta menjadi bandara berkelas dunia. Ada banyak faktor sosial lingkungan yang harus dibenahi yaitu mulai parkir sembarang, taksi gelap, preman atau bahkan pedagang asongan. 
      Sehingga menambah kapasitas dan menjadikan Bandara Soetta menjadi bandara kelas dunia (world class airport) tak serta-merta mengantarnya menjadi bandara terbaik di dunia. Setidaknya ada 39 poin persyaratan yang dinilai konsultan maskapai penerbangan, Skytrax agar sebuah bandara masuk ke dalam jajaran 100 bandara terbaik. “Ya kalau dari customer satisfaction itu kita masih 3,57 dari skala 5. Tapi sekarang kita targetkan di tahun 2015 itu 4,5. Tentunya untuk Bandara Soetta itu 4-4,5,” ujar Sunoko.

No comments:

Post a Comment