POLITIK AMERIKA UNTUK MENGUASAI DUNIA
Berita itu membuat
seluruh dunia terperangah dan sedikit bingung. Sistem politik Amerika Serikat ngadat
dan anggaran belanja negara itu ditutup. Sekitar 800 ribu pegawai negeri
dirumahkan tanpa gaji. Sejumlah lembaga yang dianggap tidak penting—seperti
museum dan taman nasional ditutup. Tapi tidak ada gejolak berarti di sana,
paling hanya berita soal para wisatawan yang tidak bisa masuk museum atau
menikmati taman nasional. Tapi tidak ada unjuk rasa atau masalah sosial lain.
Situasi adem ayem. Hanya, di pusat pusaran politik di Washington, udara terasa
panas. Saat ini Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Se rikat, yang dikendalikan
Partai Republik, berkukuh tidak akan menyetujui anggaran belanja pemerintah Amerika
jika rencana asuransi kesehatan yang diajukan Presiden Barack Obama tidak
dibatalkan.
Obama dan kalangan Partai Demokrat
menyebut langkah Republik ini sebagai penyanderaan. “Apakah saya jengkel? Jelas
sangat jengkel karena ini sangat tidak perlu,” kata Obama seperti dikutip Reuters.
Mestinya anggaran itu disetujui se belum 1 Oktober. Karena program itu belum
disetujui, pengeluaran yang tidak perlu pun dihapus. Pengeluaran ini antara
lain bagi para pegawai di taman terkenal Grand Canyon. Anggaran militer juga
sedikit terpotong. United Technolo gies Corp, yang membuat helikopter militer
Sikorsky, harus merumahkan sampai 4.000 karyawan. Amerika Serikat sudah belasan
kali mengalami kemacetan politik dan menutup anggaran, bahkan sampai ada
pembahasan yang perlu tiga pekan untuk mencapai kesepakatan. Seperti kondisi
saat ini, pasar tidak banyak terpengaruh. Harga saham, misalnya, tidak
terpengaruh langsung oleh kemacetan politik seperti ini. Tapi persoalan lebih
berat mengancam dalam beberapa pekan ini.
Ketidaksepakatan Republik dan Demokrat
ini bisa terbawa ke urusan plafon utang pemerintah, yang mesti dinaikkan pada
17 Oktober nanti, dari angka sekarang US$ 16,7 triliun. Treasury (Kementerian Keuangan)
Amerika Serikat memperkirakan, jika mereka tidak bisa menerbitkan surat utang
baru, uang kontan yang tersisa tinggal sekitar US$ 30 miliar. Dana sebanyak
ini, menurut harian New York Times, bakal habis untuk beberapa hari
pengeluaran pemerintah Amerika Serikat. Jika uang itu habis, bakal ada
malapetaka ekonomi. Amerika bakal mengalami gagal bayar surat utang mereka. Ini
belum pernah dialami sebelumnya oleh Amerika, sehingga obligasi mereka dianggap
paling aman di dunia. Posisi sangat aman inilah yang membuat negara adidaya itu
bisa menerbitkan surat utang dengan bunga sangat rendah.
Pengaruh default Amerika pasti
bakal menghantam Indonesia. Meski situasi bisa memburuk, pemerintah Indonesia juga
para pelaku pasar modal masih optimistis bahwa sistem politik di Amerika
Serikat akan bisa menyelesaikan masalah ini dengan mulus. Bakal tercapai
kesepakatan antara Partai Republik dan Partai Demokrat. Menteri Keuangan Chatib
Basri mengatakan, “Pemerintah Amerika Serikat pasti akan mencari penyelesaian.”
Ia optimistis ekonomi Indonesia tidak akan banyak terpengaruh oleh situasi di
Amerika Serikat. “Data yang bagus dari BPS (Badan Pusat Statistik) membuat
pasar kita bergerak positif dan kita bisa meredam dampak dari masalah itu,”
katanya. Optimisme bahwa Amerika bakal bisa membereskan sendiri masalah ini
juga diungkapkan oleh Juniman, ekonom Bank Internasional Indonesia. Ia
optimistis masalah ini akan selesai. “Sebab, dari sisi historis, sudah terjadi
17 kali shutdown, Obama yang ke 18, ta pi tetap ada solusi,” katanya.
Yang menjadi masalah adalah jika
penutupan anggaran ini berjalan lama. “Tapi, kalau berkepanjangan, misalnya
sampai sebulan atau lebih, akan menimbulkan masalah terhadap Indonesia,”
katanya. Masalah yang muncul mulai sektor perdagangan karena permintaan ekspor
Amerika Serikat berkurang sampai sektor pasar uang. “Jika pasar keuangan di
Amerika Serikat bermasalah, dampaknya global, termasuk ke pasar keuangan
Indonesia,” katanya. Kemungkinan ekonomi Amerika melemah memang mencemaskan
para pengusaha Indonesia.
“Pelaku usaha cukup khawatir terhadap
masalah ini,” kata Hariyadi Sukamdani, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan
Industri Indonesia Bidang Kebijakan Fiskal dan Moneter. Setidaknya situasi di
Amerika akan menurunkan ekspor ke negara itu. “(Masalah itu bisa) menimbulkan
penurunan permintaan,” katanya. Ekspor terbesar Indonesia ke Amerika Serikat
adalah bahan pakaian. Nilai per tahun sekitar US$ 4 miliar (Rp 40 triliun).
“Inilah yang nanti akan terkena jika masalah ini berkepanjangan,” katanya.
“Langkah antisipasinya adalah mengalihkan ke pasar di negara lain.” Masalah ini
memang sudah membuat sekitar 800 ribu pegawai negeri dirumahkan. Ade Sudrajat,
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, mengatakan pegawai yang dirumahkan itu
tidak digaji sehingga mereka pasti menghemat uang tabungan. “Ekstrahemat ini,
mereka tidak akan membeli dulu barang barang sekunder, seperti tekstil,
furnitur, dan alat elektronik
No comments:
Post a Comment