Friday, March 4, 2016

POLITIK EKONOMI AMERIKA SERIKAT



POLITIK AMERIKA UNTUK MENGUASAI DUNIA

      Berita itu membuat seluruh dunia terperangah dan sedikit bingung. Sistem politik Amerika Serikat ngadat dan anggaran belanja negara itu ditutup. Sekitar 800 ribu pegawai negeri dirumahkan tanpa gaji. Sejumlah lembaga yang dianggap tidak penting—seperti museum dan taman nasional ditutup. Tapi tidak ada gejolak berarti di sana, paling hanya berita soal para wisatawan yang tidak bisa masuk museum atau menikmati taman nasional. Tapi tidak ada unjuk rasa atau masalah sosial lain. Situasi adem ayem. Hanya, di pusat pusaran politik di Washington, udara terasa panas. Saat ini Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Se­ rikat, yang dikendalikan Partai Republik, berkukuh tidak akan menyetujui anggaran belanja pemerintah Amerika jika rencana asuransi kesehatan yang diajukan Presiden Barack Obama tidak dibatalkan.
       Obama dan kalangan Partai Demokrat menyebut langkah Republik ini sebagai penyanderaan. “Apakah saya jengkel? Jelas sangat jengkel karena ini sangat tidak perlu,” kata Obama seperti dikutip Reuters. Mestinya anggaran itu disetujui se­ belum 1 Oktober. Karena program itu belum disetujui, pengeluaran yang tidak perlu pun dihapus. Pengeluaran ini antara lain bagi para pegawai di taman terkenal Grand Canyon. Anggaran militer juga sedikit terpotong. United Technolo­ gies Corp, yang membuat helikopter militer Sikorsky, harus merumahkan sampai 4.000 karyawan. Amerika Serikat sudah belasan kali mengalami kemacetan politik dan menutup anggaran, bahkan sampai ada pembahasan yang perlu tiga pekan untuk mencapai kesepakatan. Seperti kondisi saat ini, pasar tidak banyak terpengaruh. Harga saham, misalnya, tidak terpengaruh langsung oleh kemacetan politik seperti ini. Tapi persoalan lebih berat mengancam dalam beberapa pekan ini.
        Ketidaksepakatan Republik dan Demokrat ini bisa terbawa ke urusan plafon utang pemerintah, yang mesti dinaikkan pada 17 Oktober nanti, dari angka sekarang US$ 16,7 triliun. Treasury (Kementerian Keuangan) Amerika Serikat memperkirakan, jika mereka tidak bisa menerbitkan surat utang baru, uang kontan yang tersisa tinggal sekitar US$ 30 miliar. Dana sebanyak ini, menurut harian New York Times, bakal habis untuk beberapa hari pengeluaran pemerintah Amerika Serikat. Jika uang itu habis, bakal ada malapetaka ekonomi. Amerika bakal mengalami gagal bayar surat utang mereka. Ini belum pernah dialami sebelumnya oleh Amerika, sehingga obligasi mereka dianggap paling aman di dunia. Posisi sangat aman inilah yang membuat negara adidaya itu bisa menerbitkan surat utang dengan bunga sangat rendah.
       Pengaruh default Amerika pasti bakal menghantam Indonesia. Meski situasi bisa memburuk, pemerintah Indonesia juga para pelaku pasar modal masih optimistis bahwa sistem politik di Amerika Serikat akan bisa menyelesaikan masalah ini dengan mulus. Bakal tercapai kesepakatan antara Partai Republik dan Partai Demokrat. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, “Pemerintah Amerika Serikat pasti akan mencari penyelesaian.” Ia optimistis ekonomi Indonesia tidak akan banyak terpengaruh oleh situasi di Amerika Serikat. “Data yang bagus dari BPS (Badan Pusat Statistik) membuat pasar kita bergerak positif dan kita bisa meredam dampak dari masalah itu,” katanya. Optimisme bahwa Amerika bakal bisa membereskan sendiri masalah ini juga diungkapkan oleh Juniman, ekonom Bank Internasional Indonesia. Ia optimistis masalah ini akan selesai. “Sebab, dari sisi historis, sudah terjadi 17 kali shutdown, Obama yang ke ­18, ta pi tetap ada solusi,” katanya.
        Yang menjadi masalah adalah jika penutupan anggaran ini berjalan lama. “Tapi, kalau berkepanjangan, misalnya sampai sebulan atau lebih, akan menimbulkan masalah terhadap Indonesia,” katanya. Masalah yang muncul mulai sektor perdagangan karena permintaan ekspor Amerika Serikat berkurang sampai sektor pasar uang. “Jika pasar keuangan di Amerika Serikat bermasalah, dampaknya global, termasuk ke pasar keuangan Indonesia,” katanya. Kemungkinan ekonomi Amerika melemah memang mencemaskan para pengusaha Indonesia.    
        “Pelaku usaha cukup khawatir terhadap masalah ini,” kata Hariyadi Sukamdani, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Kebijakan Fiskal dan Moneter. Setidaknya situasi di Amerika akan menurunkan ekspor ke negara itu. “(Masalah itu bisa) menimbulkan penurunan permintaan,” katanya. Ekspor terbesar Indonesia ke Amerika Serikat adalah bahan pakaian. Nilai per tahun sekitar US$ 4 miliar (Rp 40 triliun). “Inilah yang nanti akan terkena jika masalah ini berkepanjangan,” katanya. “Langkah antisipasinya adalah mengalihkan ke pasar di negara lain.” Masalah ini memang sudah membuat sekitar 800 ribu pegawai negeri dirumahkan. Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, mengatakan pegawai yang dirumahkan itu tidak digaji sehingga mereka pasti menghemat uang tabungan. “Ekstrahemat ini, mereka tidak akan membeli dulu barang ­ barang se­kunder, seperti tekstil, furnitur, dan alat elektronik

No comments:

Post a Comment