Sunday, February 28, 2016

DUET TRUMP - HARY

      BERAPAKAH harga nama Trump? Jika ada orang hendak membeli nama “Trump” dan kemudian Donald Trump tidak diizinkan menggu- nakan lagi, berapakah nilainya? Empat tahun silam, Donald Trump merepotkan diri dengan menelepon balik seorang wartawati majalah bisnis Amerika Serikat,
Forbes. Raja properti yang maju dalam bursa calon Presiden Amerika Serikat itu mem- protes perkiraan majalah tersebut bahwa nilai namanya hanya US$ 200 juta (sekitar Rp 2,8 triliun). “Berapa kamu bilang nilainya?” tanya miliuner itu kepada si wartawati. “Sekitar US$ 200 juta.” “Kamu tolol,” katanya seperti dituliskan si wartawati kembali. “Angkanya tolol. Kamu terlalu jauh.” Sebelumnya, Trump memprotes saat maja- lah itu memperkirakan nilai namanya—hanya namanya, tidak termasuk aset fisik—sekitar US$ 2,4 miliar. Menurut dia, angkanya yang muncul setidaknya dua kali lipat lagi. Nah, pada 2011, angkanya bukan semakin tinggi, tapi malah diperkirakan cuma di kisaran ratusan juta dolar AS. Tak aneh ia menyebut angka yang disebutkan itu “angka tolol”.
        Entah berapa nilai sesungguhnya “merek” Trump ini. Ada sejumlah metode untuk menghitung hal-hal yang finansial disebut “goodwill” ini, tapi tentu saja hasilnya adalah perkiraan belaka. Yang bukan perkiraan adalah kenya- taan bahwa nama Trump ini memang benar- benar menjual. Itu sebabnya, kelompok usaha Hary Tanoesoedibjo, MNC Group, repot-repot “me- minjam” namanya untuk dua proyek properti prestisius yang akan dibangun di Bali dan Lido, Jawa Barat. Hubungan dengan pengusaha sekaligus politikus inilah yang membuat sejumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat kita tiba-tiba saja bisa muncul dalam acara kampanye Trump menghadapi pemilihan Presiden Amerika Serikat.
      Bisnis awal Trump, yang diwarisi dari orang tuanya, adalah properti. Ayahnya memiliki sejumlah apartemen sewaan di wilayah New York, terutama di Brooklyn, Queens, dan Staten Islands. Donald Trump kemudian men- jadikan bisnis ayahnya ini menggurita dengan menguasai sejumlah properti terkemuka di Amerika Serikat. Sejak belasan tahun lalu, Trump juga me- ngembangkan sisi lain properti: meminjam- kan nama bagi hotel dan properti lain. Ia tak memiliki sendiri propertinya, tapi namanya digunakan dan standarnya dipakai di tempat itu. Konsep yang menjual nama Trump inilah yang agaknya menjadi model kerja sama bisnis dengan MNC. Kabar Trump bakal bekerja sama dengan MNC ini pertama kali muncul pada 14 Agustus silam. Saat itu Trump Organization meng- umumkan akan mengelola resor bintang enam di kawasan Tanah Lot, Bali. Properti ini bakal menjadi resor Trump pertama di Asia dan menambah jumlah hotel di jaringan mereka, yang saat ini mencapai 14 buah. Kesepakatan ini didapat setelah Hary Tanoe berkunjung ke New York, bertemu dengan Donald Trump, dan menandatangani nota kesepakatan kerja sama pada 14 Agustus. “Saya secara pribadi sangat gembira membawa merek Trump ke Indonesia,” ujar Hary Tanoe dalam siaran persnya.
       Sedangkan Trump Organization menyebut mereka hanya memilih lokasi paling diminati. “Bali terus-menerus terpilih sebagai salah satu pulau terindah dunia dan salah satu tujuan resor serta hunian terbaik dunia,” kata Donald Trump Junior, anak Donald Trump yang menjadi executive vice president bidang pengembangan dan akuisisi The Trump Orga- nization. Hanya berselang beberapa minggu, proyek Trump dengan MNC ini dilanjutkan lagi deng- an pengumuman bahwa mereka juga akan membangun resor di kawasan Lido, yang terletak di pertengahan jalur Bogor dengan Sukabumi. Di Lido, bakal ada lapangan golf Trump pertama di Asia, hotel mewah, spa, dan hunian. “Kami sangat bersemangat dengan pertumbuhan dan momentum Trump Hotel Collection,” ujar Trump Jr. Bukan cuma hotel, di Lido juga bakal ada taman bermain yang besar.
        Direktur MNC Land Michael Dharmajaya mengatakan ukur- an taman bermain ini lebih besar dari Univer sal Studio di Singapura. “Setaraf kurang-lebih dengan yang di Hong Kong dan Orlando,” katanya. Di Hong Kong dan Orlando, ada dua taman besar yang keduanya milik Disney. Sekretaris Perusahaan MNC Group Syafril Nasution mengatakan hubungan Hary Tanoe dengan Trump sudah lama terjalin. “Dari pem- bicaraan-pembicaraan itu, Pak Hary meng- undang Pak Donald Trump untuk investasi di Indonesia,” katanya. Pembicaraan mungkin “nyambung” bukan cuma karena keduanya pengusaha merang- kap politikus, tapi juga sama-sama berbisnis di bidang properti. MNC menguasai sejumlah properti, seperti Westin Convention and Re- sort Hotel di Nusa Dua Bali dan Bali Nirwana Resort di Tabanan. Mereka juga memiliki Park Hyatt Hotel di Jakarta dan Oakwood Residences di Surabaya.
        Selain itu, mereka menanam saham cukup signifikan di properti, seperti Plaza Indonesia, termasuk Hotel Grand Hyatt dan Keraton Luxury Collection Hotel. Tapi untuk proyek dengan Trump ini, MNC tidak bersedia menyebut nilai investasinya. “Kami harus sampaikan ke OJK, jadi belum bisa,” kata Michael. Yang jelas, keterlibatan Trump ini tak cuma manajemen setelah kelar, tapi sejak di meja arsitek. Trump Hotel Col- lection akan ikut membuat master plan. “Pro- ses desain sangat ketat dengan Trump, harus sesuai dengan standar mereka,”

MASJID KUBUS UNIK DI BEKASI

        BEBERAPA waktu lalu, Kota Bekasi memang ramai dibicarakan oleh masyarakat dengan lelucon “Bekasi adalah planet lain”. Tapi jangan salah, kota ini ternyata memiliki bangunan masjid yang beda dari masjid-masjid pada umumnya. Ya, Masjid Raya Al-Azhar Summarecon Bekasi. Saya sendiri, yang tinggal di Bekasi, justru baru tahu adanya bangunan masjid ini. Padahal Masjid Raya Al-Azhar Summarecon diresmikan oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi pada 26 November 2013, lo. Dari Jakarta, akses menuju masjid ini sebe- narnya tidak sulit. Tapi, ya itu tadi, lalu lintas Jakarta-Bekasi yang macet parah membuat perjalanan akan terasa panjang dan melelah kan. Tapi percayalah, Anda tak akan kecewa berkunjung ke masjid ini.
       Dari jalan tol Jakarta-Cikampek, silakan keluar di pintu tol Bekasi Barat, langsung me- nuju kawasan Summarecon Bekasi. Setelah melewati Mal Summarecon, saya melihat papan  petunjuk jalan menuju Al-Azhar sekaligus lokasi Masjid Raya Al-Azhar. Masjid ini memang berdampingan dengan sekolah Islam Al-Azhar. Ketua Yayasan Syiar Bangsa, selaku pendiri masjid, Edi Darnadi, menyebut lokasi ini dipilih karena sekolah Al-Azhar memiliki kredibilitas tinggi dalam kegiatan belajar-mengajar. Saya sejenak terenyak di depan bangunan megah ini. Benar-benar tidak seperti masjid kebanyakan di Indonesia. Bentuknya lebih seperti kubus. Satu-satunya tanda bahwa
bangunan itu masjid adalah menara dengan kubah kecil di puncaknya.
        Pintu masuk utama masjid juga unik. Dibuat seperti layaknya terowongan. Tak jauh dari pintu masuk, ada “batas suci”. Setiap pengun- jung wajib melepas alas kaki. Setelah memasuki pintu, saya melihat tangga luas yang langsung menghubungkan dengan ruangan salat. Berhubung saat saya datang bertepatan dengan waktu asar, saya pun mencari-cari tempat wudu. Seorang resepsionis yang ramah membantu saya menemukan ruang wudu untuk perempuan. Saya kembali terpukau oleh tempat wudu masjid ini. Bersih dan luas. Dan karena ruangannya dipisah dengan toilet, tempat wudu ini tidak penuh sesak oleh pengunjung.
        Terasa nyaman bahkan untuk me- rapikan hijab sekalipun. Saya juga sempat melongok toilet yang lega. Bersih pula. Selesai berwudu, saya melihat je- maah pria melewati lorong jalanan yang langsung menembus ruang salat, tepatnya berada di samping toilet. Ternyata lorong itu dibuat su- paya memudahkan jemaah wanita dan pria menuju ruang salat. Dan ruang untuk salat antara wanita dan pria pun terpisah, jemaah wanita ditempatkan di lantai dua, sementara jemaah pria di lantai satu. Setelah selesai salat asar, saya pun melihat-lihat sekeliling masjid ini.
        Masjid ini sebenarnya tidak terlalu besar, ha- nya 1.320 meter persegi. Tapi, entah mengapa, masjid itu terasa lega dan saya nyaman ber- ada di masjid ini. Mungkin karena bangunan yang bisa menampung 1.200 orang ini tidak memiliki banyak pilar. Di lantai semi-basement , terdapat aula se- luas 260 meter persegi. Ada juga beberapa ruang serbaguna yang biasa digunakan untuk pameran-pameran bertema Islam ataupun acara pernikahan. Sisi masjid ini menampilkan bentuk kotak
menyerupai Ka’bah seperti bangunan-ba- ngunan di wilayah Timur Tengah. Terlihat ma- nis saat berpadu dengan tampilan bangunan yang minimalis-modern. “Pengaruh bentuk Ka’bah memang sengaja dihadirkan di masjid ini,” kata Rusman Yuyus, penanggung jawab kegiatan harian Masjid Raya Al-Azhar Summarecon Bekasi.
      
Pada sisi atap dan dinding, banyak terdapat ukiran. Sayup-sayup terdengar suara gemercik air dari kolam memanjang berhiaskan tanam- an hijau di depan ruang imam salat. Tepat di atas taman sengaja dibuat terbuka untuk sirkulasi udara. Konsep kolam air di depan tempat imam ini mirip dengan Masjid Al-Irsyad, Bandung. Namun perbedaannya, di Masjid Al-Irsyad terdapat globe (bola dunia) yang bertuliskan lafal Allah, tepat di tengah kolam. Ternyata Masjid Raya Al-Azhar Summare- con dirancang oleh arsitek yang sama dengan Masjid Al-Irsyad, Bandung, yaitu Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

BERPUASA DI NEGERI BARAT

      MASIH lekat dalam ingatan Faizal Amin Haderi saat mendapatkan kabar bahagia empat tahun lalu. Pada 2011, dia mendapatkan beasiswa pro- gram double degree  antara Indonesia dan Prancis. Wajahnya begitu semringah membayangkan dirinya akan menempuh pendidikan di luar negeri. Namun, di samping itu, Faizal menyimpan rasa khawatir. Kepergiannya kala itu berdekatan dengan bulan Ramadan. Itu artinya, untuk pertama kali dalam hidup, Faizal harus men- jalankan ibadah puasa di negeri orang. Bulan Ramadan datang pada awal September. Tak ada lagi acara hunting takjil maupun kegiatan tarawih bergiliran di masjid-masjid. Prancis sedang musim dingin. Sukacita Ramadan yang biasa dirasakan pun seakan hilang. Apalagi, karena termasuk “orang baru”, Faizal belum banyak mengenal komunitas muslim di pusat fashion dunia itu. Siang hari di Prancis kala itu lebih panjang daripada malam hari.
       Pada suatu waktu, Faizal harus berpuasa kurang-lebih 20 jam dalam sehari. “Hawa yang dingin membuat haus menjadi berkurang. Di samping itu, saya sibuk kuliah, jadi keinginan makan dan mi- num jadi terpecah,” ujarnya. Meski begitu, Faizal merasa pada awal-awal Ramadan, puasa tanpa keluarga di negeri yang jauh agak menyulitkan. Apalagi fasilitas ibadah sangat terbatas. Di Kota Bethune, Prancis Utara, tempat tinggalnya, hanya ada satu tempat ibadah untuk umat Islam. Itu pun hanya basement apartemen yang menjadi “sekretariat” asosiasi masyarakat Maroko. “Dalam hati saya bertanya, haruskah kita melakukan salat takhiyatul masjid di sini? Sedangkan ini bukanlah sebuah masjid,” ujarnya. Bangunan itu memang sama sekali tak mirip masjid. Tidak ada kubah ataupun ornamen yang menunjukkan bangunan itu adalah rumah ibadah umat Islam. Namun apa daya, Faizal tetap menjalankan salat di ruangan berbentuk balok berukuran 12 x 3 meter itu. Terletak di lantai paling bawah dengan ratusan anggota jemaah. Impit-impitan tak dapat dihindari, belum lagi postur badan mualaf Prancis dan orang Arab yang lebih besar. Mereka bahkan harus menekuk tubuh lebih dalam mana kala bersu- jud. Pengalaman serupa disampaikan Sofi Hanim Latifah. Pada Agustus 2013, ia berangkat untuk belajar di Jurusan Sistem Informasi Geografi Universitas Wageningen, Belanda. Seperti Faizal, Sofi menjalani suka-duka berpuasa Ramadan di luar negeri. Di Belanda, pukul 03.00 sudah masuk subuh, sedangkan magrib baru pukul 22.00.
      Jadi total lama berpuasanya 19 jam. Beda- nya dengan Faizal, Sofi harus menjalani puasa di musim panas. Kira-kira sama panasnya de - ng an Jakarta tapi udara terasa lebih kering. Teman-teman kuliahnya, yang mayoritas ti- dak menganut agama tertentu, menawarinya minum. Mereka begitu penasaran ketika Sofi menolak tawaran minuman. Dirinya menjelaskan, sebagai pemeluk Islam, dia sedang menjalankan kewajiban berpuasa Ramadan. “Teman-temanku kaget,” cerita Sofi. Teman-temannya khawatir Sofi akan meng- alami dehidrasi dan berhalusinasi. “Kata mereka, puasa pada musim panas seperti itu bahaya,” katanya. Untuk masalah ibadah, Sofi lebih beruntung. Di kampusnya tersedia ruang ibadah. Namun ruang ibadah yang bernama Silent Room itu diperuntukkan bagi mahasiswa dari beragam agama. Jadi, ketika Sofi menunaikan salat, ada juga teman-teman lain yang melakukan ibadah sesuai dengan agamanya. Ada yang meditasi, ada juga yang membaca kitab suci. Pengalaman berpuasa di negara lain juga dirasakan Sofi ketika melakukan perjalanan ke Eropa Timur di bulan Ramadan. Sofi juga kesulitan mendapatkan tempat beribadah. “Ya, kalau bisa dijamak di hostel, ya dijamak. Kalau tidak, ya salat saja di tempat-tempat kosong, seperti bangku taman, cuek saja,” katanya.
        Karena suasana yang “kurang semarak” itu, kaum muslim yang tinggal di negara dengan mayoritas nonmuslim biasanya akan lebih merasa kangen kampung halaman. Hal itu tak hanya dirasakan oleh orang Indonesia. Seorang pendatang asal Kashmir, Shala Haroun, yang kini tinggal di Amerika Serikat, merasakan hal sama. Di negaranya, orang-orang akan mendapat keringanan pekerjaan selama berpuasa. Tapi di Amerika hal itu tidak akan terjadi. Namun Shala beruntung, dia bisa berkumpul dengan warga muslim Amerika. “Saya bisa salat tarawih dan buka puasa bersama kaum muslim dari berbagai etnis,” ujar Shala seperti dilansir Voice of America. Walau muslim di Amerika datang dari ba- nyak negara, tradisi Ramadan mereka umum- nya sama. Keluarga muslim berbelanja di toko daging halal menjelang sore, mempersiapkan buka puasa, lalu salat tarawih. “Meski jauh dari kampung halaman, Rama - dan  tetap indah,” ujar Shala.

KONTES BUAH DURIAN BANJARNEGARA JUARANYA

Daging Tebal, Rasa Legit, Durian Banjarnegara Juaranya

        JAKARTA, KOMPAS.com- Kontes durian dari berbagai daerah di Indonesia diselenggarakan di pelataran Blok M Square, Jakarta Selatan, mulai Sabtu (27/2/2016) hingga Minggu (6/3/2016). Bertajuk Durian Fair 2016, setiap durian yang datang dari berbagai daerah, dilombakan di sini sejak pagi hari.Tercatat tiga juri yang menilai, yaitu Mohamad Reza Tirtawinata dari Yayasan Durian Nusantara, Agus Sutadi dari Komunitas Maniak Durian, dan Tarjono dari mantan redaksi senior Trubus. Selain itu terdapat juri undangan, yakni Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Irmansyah.
Dari 30 kontestan yang mendaftar, diperoleh tiga pemenang yang terbaik dari sisi aroma, tekstur daging buah, ketebalan daging dan kulit, kandungan air, warna, hingga rasanya.

Pemenang pertama ialah Durian Si Rouf dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Kedua, Durian Gondang dari Sigaluh, Banjarnegara, Jawa Tengah. Ketiga, Durian Fajar dari Pandeglang, Banten.
"Juaranya memiliki warna daging kuning, tebal dan legit. Rasanya manis bercampur gurih dan pahit sedikit," ujar Reza selaku ketua dewan juri lomba durian.
        Sedang durian favorit ialah Durian Si Wong dari Baros, Pandeglang, Banten. Kategori khusus yang dipilih Wakil Wali Kota Jaksel yaitu Durian Si Pandan, Bogor Selatan, Jawa Barat. Lima durian terbaik tersebut dilelang kepada para pengunjung.Eko Waluyo, petani durian dari Pandeglang mengaku kaget, karena baru pertama kali dari Pandeglang mengikuti kontes durian skala nasional. Rombongan tim dari Banjarnegara yang didampingi pemerintah setempat malah membawa dua trofi juara, dan sejumlah uang pembinaan."Kita sebenarnya gak melakukan apa pun yang spesial ya. Cuma memang tanah di sana sangat cocok. Banyak tuh pohon-pohon warisan nenek moyang kita yang berusia ratusan tahun, ternyata unggulan termasuk Si Rouf," ujar Eko saat diwawancaraiKompasTravel, Sabtu (27/2/2016).
       
Sedangkan Dinas Pertanian Banjarnegara akan lebih memantau dan mendukung varietas durian melalui program-programnya. Kini durian memang sudah menjadi buah unggulan khusus di Banjarnegara selain carica , salak dan pisang.
"Ke depannya durian akan kita bantu dan dampingi juga untuk menjaga kualitasnya. Lewat program kerja sama dinas pertanian akan membantu mengembangkan varietas unggulan," ujar Firman, Kasubid Pertanian Bappeda Banjarnegara, kepadaKompasTraveldi Durian Fair 2016.
Durian Fair 2016 yang baru dibuka pukul 14.00 oleh Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Irmansyah dan Direktur Blok M Square Ucok ini masih akan berlangsung hingga Minggu, 6 Maret 2016.

KEMBANGKAN POTENSI DAERAH SEKTOR ENERGI

Dua PLTMH Siap Beroperasi
       Dua Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro siap beroperasi. Yakni PLTMH Banyumlayu di kelurahan Semampir Kecamatan Banjarnegara dan PLTMH Kalipelus Kecamatan Purwanegara.Sebelmnya, PLTMH Banymlayu pernah diujicoba dan menghasilkan listrik. Hanya saja, belum bisa dialirkan karena terkendala Surat IzinPenggunaan Air Permukaan (SIPA) dan Surat Izin Konstruksi (SIKON) dari Kementerian Pekerjaan Umum.Namun dia berharap dengan adanya PP Nomor 1 Tahun 2016, investor tidak terkendala lagi dengan SIPA dan SIKON. Sebab meskipun kewenangannya masih berada di pusat, sudah ada regulasi yang mengatur.
       “Harapannya tentu bisa segera keluar dan menghasilkan listrik,” kata dia.Kepala Kantor Perizinan Terpadu Banjarnegara, Tursiman mengatakan pihaknymenyambut baik investor yang akan menanamkan modalnya di KabupatenBanjarnegara. Pihaknya siap mendukung dari sisi perizinan. Hanya saja, untuk PLTMH yang belum beroperasi ini kendala izinnya tidak berada di daerah. Namun di tingkat pusat. Meskipun demikian, pemkab berupaya memfasilitasi investor agar izin tersebut segera keluar