Budaya dan Legenda
Danau Sentani. Papua
Tak
hanya menjanjikan keindahan alam, Tetapi juga budaya yang unik.
Bicara soal
kecantikan Papua rasanya tak ada habisnya. Pulau paling timur di Indonesia itu
kini makin sering dilirik para traveler, baik dari dalam maupun luar
negeri. Salah satu daya tarik Papua adalah Danau Sentani. Danau seluas 9.360
hektare ini terletak di ketinggian 75 meter di atas permukaan laut dan dipagari
Pegu- nungan Cycloop. Ada 22 pulau kecil yang tersebar di seluruh danau. Danau
Sentani sering dijadikan titik awal untuk memahami budaya Papua. Ada 24 kampung
di sekitar danau, yang masing-masing mempunyai adat berbeda. Dialek bahasa yang
digunakan juga berbeda antara satu desa dan desa lainnya.
Namun ada benang merah yang menyatukan
budaya desa-desa adat di Danau Sentani: kepercayaan ritual. Isolo, misalnya,
adalah sebuah upacara yang menya- tukan perbedaan budaya 24 desa itu. Upacara
tersebut kini menjadi bagian dari Festival Danau Sentani, yang biasa digelar
setiap bulan Juni. Festival tahunan yang diramaikan berbagai tarian dan
peragaan budaya dari suku-suku di seluruh Papua ini kini menjadi daya tarik
utama.
Danau Sentani juga menyimpan legenda.
Masyarakat setempat percaya nenek moyang mereka berasal dari Papua Nugini.
Samuel, guide yang mendampingi
majalah
detik, bercerita, orang-orang itu datang dengan menaiki naga. Namun, saat tiba
di Danau Sentani, si naga mati. Para penunggangnya selamat. Mereka lantas
tinggal dan membangun peradaban di sekitar danau, yang terus bertahan hingga
sekarang. Sosok naga dalam legenda itu memang agak mem- bingungkan. Sebab,
berdasarkan berbagai literatur,
Papua bebas dari pengaruh Cina, apalagi
Hindu. Tapi, namanya juga legenda, tak harus dibuktikan kebenar- annya, to.
Danau Sentani juga menyimpan sejarah Indonesia modern. Sisa-sisa Perang Dunia
II tersebar di sekitar danau ini, seperti markas komando penting selama perang.
Di salah satu bukit di Gunung Ifar bahkan dibangun sebuah monumen demi
mengenang jejak Jenderal McArthur saat Perang Dunia II. Dari mo- numen ini Anda
bisa menikmati pemandangan yang spektakuler.
Tur di Sentani
Ingin menyusuri Danau Sentani? Anda bisa
meng- ikuti Sentani Lake Tour, yang berangkat dari Dermaga Kalkhote.
Menggunakan kapal pesiar berukuran mini, Anda akan diajak berkeliling danau,
menikmati keindahan dan mengagumi desa-desa adat yang tersebar di sekitar
danau. Salah satu yang menarik adalah desa adat terapung, Desa Ayapo, yang berpenduduk
sekitar 700 orang. Rumah-rumah dari kayu berjejer sepanjang 2 kilometer.
Dinding dan tiangnya terbuat dari batang kelapa. Dulu atap rumah terbuat dari
daun sagu, tapi sekarang sebagian diganti menggunakan seng. Semua rumah
menghadap ke danau.
Ini merupakan cara penduduk setempat
menghormati danau yang dipercaya sebagai pusat kehidupan tersebut. Sepintas
rumah-rumah itu terlihat rapuh. Namun sesungguhnya bangunan itu kuat. Konon,
kayu sua, begitu orang lokal menyebutnya, akan semakin awet jika terkena air. Kayu
kelapa juga digunakan untuk fondasi jembatan terapung yang menghubungkan satu
rumah dengan rumah lainnya.
Akan menjadi pengalaman menyenangkan jika
bisa tinggal beberapa saat di desa itu. Sedangkan Desa Taturi, yang terletak di
sebuah bukit kecil di tepi danau, memiliki tradisi lukisan batu. Desa lain yang
juga memiliki seni lukisan batu dan menawarkan pemandangan indah adalah Doyo
Lama. Anda juga bisa mengunjungi Pulau Asei, yang menjadi “rumah” para seniman
setempat. Pulau Asei di- kenal dengan kain kulit kayunya yang bermotif indah
dan unik. Kain kulit kayu adalah pakaian tradisional perempuan Sentani, yang
kebanyakan bekerja sebagai penangkap ikan. Motif spiral pada kain melambangkan
kehidupan di Danau Sentani, seperti buaya serta ikan gergaji. Ada juga motif
campuran yang juga dimiliki suku Asmat, seperti bipane.
Tempat Menginap
Masyarakat Danau Sentani kini sudah
sangat sadar akan potensi wisata desa mereka. Mereka sangat ramah kepada wisatawan
yang datang. Hampir setiap rumah menyediakan tempat khusus untuk wisatawan. Dan
untuk menginap di home stay ini, tarifnya cukup terjangkau. Kalau ingin
menginap di hotel, ada beberapa hotel yang cukup bagus. Yang paling besar
adalah Travelers Hotel. Hotel bintang empat yang tak jauh dari Danau Sentani
ini menyediakan berbagai fasilitas, seperti televisi, AC, dan free Wi- Fi.
Tarifnya mulai Rp 1 jutaan per malam, termasuk sarapan.
Jika ingin yang lebih murah, ada Sentani
Indah Hotel. Hotel bintang tiga ini mengenakan tarif mulai Rp 500 ribuan per
malam, sudah termasuk makan pagi. Ingin yang sederhana tapi tetap nyaman, ada
Ratna Indah Hotel. Tarifnya sekitar Rp 250 ribu per malam. Selain itu, ada
belasan hotel melati dengan tarif mulai Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu. Jadi
pilih yang sesuai dengan bujet dan kebutuhan Anda.
Sentani, yang merupakan gerbang utama
Papua. Dari bandara hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke Danau Sentani,
sementara jika ke Jayapura memakan waktu hingga satu jam. Karena itu, saat
transit, orang lebih suka menginap di Sentani daripada di Jayapura. Dari
bandara tersedia banyak angkutan umum ke Danau Sentani.
Anda bisa menyewa mobil atau taksi.
Namun, sebelum naik, pastikan sudah ada kesepakat- an tarif karena harga yang
ditentukan sangat beragam. Wisatawan lokal yang berkunjung ke Papua memang
masih terbatas. Bukan lantaran kurang minat, tapi lebih karena faktor biaya
yang selangit. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah setempat agar
potensi wisata di Papua bisa dimanfaatkan optimal. Jadi selamat bertualang.
No comments:
Post a Comment