KISAH
KELUARGA PRESIDEN JOKO WIDODO
Joko Widodo gelisah
setiap kali usai mengantar-jemput anak-anaknya ke sebuah sekolah dasar di Solo.
Ia merasa betapa enak masa kecil anak- anaknya itu. Berangkat dan pulang
sekolah tinggal duduk manis di dalam mobil. Mereka hanya menjejak tanah di gerbang
sekolah, lalu asyik berlari ke dalam kelas. Kondisi itu kontras dengan
kehidupan Jokowi sewaktu kecil. Bak langit dan bumi. Jokowi kecil harus
melewati masa-masa yang getir. Rumah orang tuanya digusur dari satu bantaran
kali ke bantaran lainnya. Bahkan dia harus membantu ayahnya berjualan kayu dan
menjadi pengger- gaji kayu. Roda berputar.
Jokowi lalu hidup mapan sebagai eksportir
mebel. Namun ia takut anak- anaknya jadi terlalu manja, tidak mandiri, dan
besarnya kelak bergaya hedonis. Ia berpikir anak-anak itu harus menghadapi
tempaan hidup yang sulit agar tidak menjadi orang yang lembek. Maka, setamat
SD, Gibran Rakabuming Raka, lahir 1988, anak sulungnya, dikirim ke negeri tetangga,
Singapura. Di negeri orang, Gibran di
harapkannya mampu
mengatur hidup sendiri. Si sulung sempat menangis karena tidak tahan. “Biar
(anak itu) kapok, tidak manja lagi,” ucap Jokowi seperti ditulis Alberthiene
Endah dalam buku Jokowi, Memimpin Kota, Menyentuh Jakarta (2012).
Beberapa tahun kemudian, giliran Kaesang
Pangarep, lahir 1995, anak ketiga Jokowi, yang melanjutkan SMP di Singapura.
“Tega enggak tega,” ucap Jokowi, yang baru saja dilantik menjadi Presiden RI
pada 20 Oktober lalu. Namun Kaesang justru senang begitu Gibran pulang ke Solo
setelah mengantarnya. Ia merasa hidup bebas. Pada hari pertamanya, ia mengaku
langsung kangen pada orang tua. Namun ia tidak perlu waktu lama menemukan obat
kangen itu. “Gue putusin cari foodcourt paling deket,” cerita Gibran di blog
pribadinya, misterkacang.blogspot.com.
Menikah dengan Iriana pada 1986, Jokowi
juga dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Kahiyang Ayu. Berbeda
terhadap kedua anak lelakinya, Jokowi menyekolahkan putrinya yang lahir pada
1991 itu sampai tingkat perguruan tinggi di Solo. Ayang begitu pang gilan akrab
Kahiyang menolak bersekolah di Singapura karena ingin dekat dengan orang
tuanya. Pada 2012, Ayang lulus dari Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo.
Tak mengikuti jejak ayahnya sebagai
pebisnis, ia mencoba peruntungan menjadi abdi negara. Kamis, 23 Oktober 2014,
gadis berambut panjang ini mengikuti tes calon pegawai negeri sipil di Badan
Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Solo, bersaing dengan ratusan
pelamar lainnya. Jokowi memang mempersiapkan Gibran sebagai penerusnya di
perusahaan mebel PT Rakabu. Sejak menjabat Wali Kota Solo pada 2015, Jokowi
menyerahkan pengelolaan peru- sahaan itu kepada Anjas Aryo Wijanarko, adik
Iriana. Sebagai ancang-ancang, setelah lulus dari SMA, Gibran mengambil kuliah
di Management Development Institute of Singapore pada 2007. Ia juga mendalami
bisnis di sebuah universitas di Australia. Sejak di SMP hingga SMA,
Gibran sering diajak mengunjungi pameran
produk-produk kayu di Singapura, Barcelona, Milan, dan Paris. Namun ternyata si
sulung tidak berminat meneruskan bisnis mebel Jokowi. Ia menolak terlibat di PT
Rakabu. Gibran memilih membangun usaha sendiri di bidang katering. Chilli Pari
Catering and Wedding Organizer adalah perusahaan kater ing Gibran yang mulai
beroperasi pada 2010. Ide usaha itu muncul setelah Gibran menge- tahui gedung
pernikahan milik Jokowi, Graha Saba Buana, belum punya unit katering. Namun,
kabarnya, sikap anaknya itu sempat membuat Jokowi marah. Karena itu, Jokowi
menolak menyuntikkan modal kepada lelaki bermodel rambut semi Mohawk itu.
Namun Gibran tidak patah semangat. Ia
mengajukan proposal pinjaman ke berbagai bank. Dengan modal pinjaman bank Rp 1
miliar, bisnis Gibran mampu berkembang pesat hanya dalam waktu empat tahun.
Berdasarkan info di situsnya, Chilli Pari menyediakan dua macam paket
pernikahan. Pertama, paket Ready on Plate dengan harga mulai Rp 69 juta. Kedua,
paket Standing Party dengan tarif mulai Rp 121 juta. Chilli Pari juga melayani
katering untuk acara bertaraf nasional maupun internasional.
Jokowi mengatakan, meski berbeda lapangan
bisnis, Gibran mewarisi jiwa kerjanya sebagai pengusaha. Anaknya tergolong
pengusaha muda yang ulet. “Pagi sampai pagi lagi anak saya kerjanya,” ujar
Jokowi. Gibran juga mempunyai watak mirip dengan Jokowi, yaitu kaku ketika
menghadapi orang yang belum dikenal dekat. Selain itu, Gibran sosok paling
pendiam di antara anggota keluarga Jokowi lainnya. “Dia itu kalau ngomong
kayak (harus) bayar Rp 10 ribu per huruf,” ujar Kaesang bercanda.
Sementara itu, Ayang lebih menyerupai
ibunya. Selain mirip dalam hal wajah, cara Ayang berbusana sama bersahajanya
dengan sang ibu. Putri Jokowi ini termasuk jarang mengeks- presikan diri
melalui media sosial. Nah, Kaesang adalah anak presiden yang paling gaul. Ia
kerap mengunggah foto-fotonya di Instagram dan Twitter. Pria yang punya
cita-cita berperut six pack ini pernah mengunggah foto dirinya yang
berotot.
Kaesang juga gemar melucu. Semua postingnya
di blog berisi banyolan segar ala ABG masa kini. Paling sering ia curhat
tentang nasib dirinya yang belum pernah sekali pun berhasil menembak gadis. Ia
seorang jones alias jomblo ngenes. Kaesang juga tidak ragu-ragu
menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di kehidupan keluarga. Bagaimana
ributnya persiapan sebelum Jokowi dilantik menjadi presiden ia gambarkan dengan
superkocak. Bahkan, tanpa beban, ia menyebut Jokowi dengan sebutan si Uler
Londot karena gaya tidurnya yang suka dalam posisi meringkuk, kaki ditekuk, dan
tangan mendekap dada. “Ndak apa-apa saya dibilang begitu (Uler Londot).
Anak saya memang lucu, kayak bapaknya,” ujar Jokowi saat dimintai konfirmasi
wartawan.
Bukan cuma dalam bisnis Jokowi
“bersitegang” dengan keluarga. Menurut Jokowi, pihak pertama yang menentang dirinya
saat hendak maju dalam pilkada Solo periode pertama (2005) adalah istri dan
anak- anaknya sendiri. Dari Singapura, Gibran menelepon khusus untuk
melayangkan protes keras. Ia tidak suka ayahnya bermain politik. “Untuk apa
Bapak mencalonkan diri menjadi wali kota?” sembur Gibran. Sampai ia sukses
menjadi Wali Kota Solo, anak-anak Jokowi tetap berkeberatan atas pilihannya
terjun ke dunia politik.
Gibran, misaln ya, tidak pernah mau
diperlihatkan sebagai anak wali kota oleh Jokowi. Ia juga enggan menghadiri
acara-acara seremonial ayahnya. Ayang mengaku mendoakan kelancaran tugas-tugas
ayahnya, tapi soal dukungan urusan nanti. “Anak ketiga masih terlalu kecil,
jadi tak berkomentar apa-apa,” ucap Jokowi. Silang pendapat terulang kembali
ketika Jokowi memutuskan maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Iriana memberi
pertimbangan tambahan, mereka berdua
akan jauh dari anak- anak, yang sudah “bermarkas” di Solo. Namun, setelah
diberi penjelasan panjang-lebar, keluarga akhirnya mau memahami. “Saya juga
sudah yakin menang,” ujar Jokowi mengenang.
Belum dua tahun menjadi gubernur, karena
makin moncer popularitasnya, Jokowi lantas dicalonkan menjadi presiden oleh
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Iriana, Ayang, dan Kaesang beberapa kali
terlihat turut mendampingi kampanye Jokowi. Namun mereka tetap tidak terlalu
eksis. Mereka tak selalu men empel Jokowi kala sang bapak berkampanye.
Sementara itu, si sulung Gibran nyaris tidak menampakkan batang hidungnya.
Karena jarang ikut kampanye, Gibran sempat digosipkan sebagai “anak haram” oleh
sebuah media yang disebut Jokowi sebagai media yang tidak jelas. “Saya kan
kerja. Kalau penganggur, saya ikut Bapak saya,” kata Gibran kesal, yang oleh
Jokowi kemudian dirangkul dan dinasihati agar tidak membaca media yang tidak
jelas. Meski sempat memprotes karier politik ayahnya, saat pelantikan Jokowi
sebagai presiden, ketiga anak Jokowi hadir.
Bahkan mereka sempat diperkenalkan
kepada media di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta sebelum berangkat ke gedung
MPR/DPR di Senayan. Seperti biasa, keluarga ini tampil malu-malu, sederhana,
dan apa adanya. Kini Gibran, Kahiyang, dan Kaesang menjadi putra dan putri
mahkota. Akankah mereka tetap mempertahankan kesederhanaan dan kekritisannya
kepada sang bapak, yang kini sudah jadi presiden?
No comments:
Post a Comment