BISNIS ALA PUTRA PRESIDEN JOKOWI
PRESIDEN Joko Widodo memang sudah dikenal luar-dalamnya
oleh orang Indonesia. Tapi keluarganya seperti “disimpan”. Itu sebabnya, semua
orang tertarik saat ia memperkenalkan tiga anak
nya.
Anak sulungnya, Gibran
Rakabuming Raka, menjelaskan alasan ia tidak pernah mengikuti kampanye ayahnya:
bekerja. Dan pekerjaannya? Pemuda 27 tahun ini ternyata berbisnis
katering sekaligus perencana pernikahan dengan cap “Chilli Pari” di kampung
halamannya, Solo.
Tapi seberapa
menguntungkan bisnis ini sehingga lulusan University of Technology Insearch,
Australia, itu menggelutinya? memang ini sedikit lebih mu- rah. Tapi hanya
sedikit. Salah satu perusahaan katering dan perencana pernikahan yang terkenal
di Jakarta, Tidar’s, misalnya. Untuk hajatan standar di gedung pertemuan,
seperti di Kementerian Sosial salah satu gedung yang laris untuk pesta
nikah—mereka mema- sang harga Rp 93 juta untuk 1.000 tamu. Jika tamunya 500
orang, paket standar seharga Rp 68 juta. “Ini belum termasuk charge
gedung,” kata Retno Susdiarti, pendiri dan pemilik Tidar’s.
Retno mengatakan, tiap
pekan rata-rata mereka melayani lima pesta pernikahan. Ia memang tidak bersedia
mengungkapkan omzetnya. Tapi, dengan hitungan sederhana, jika lima pesta itu
mengambil paket standar dengan biaya Rp 68 juta, dalam sepekan omzetnya Rp 340
juta. Nama Tidar’s berasal dari singkatan “tiga dara” karena Retno adalah tiga
bersaudara
Chilli Pari enggan
membeberkan omzetnya. Tapi paket pernikahan komplet yang ditawarkan saat ini,
mulai foto prani- kah, dekorasi, makanan, sampai mobil pen- gantin, mereka jual
dengan rentang harga Rp 56,6-99,9 juta untuk 1.000 tamu. Untuk tahun depan,
mereka sudah meren- canakan harga paket itu naik sehingga harga termurah Rp
69,9 juta dan tertinggi Rp 121 juta. “Harga tersebut masuk kategori kelas
menengah ke atas untuk pasar Kota Solo,” kata Monie Wibowo, Manajer Pemasaran
Chilli Pari.
Dibandingkan dengan harga di Jakarta, dan
semuanya perempuan. Sedangkan “s” di belakang kata “Tidar’s” adalah singkatan
nama ayahnya, Sugeng. Bisnis ini dimu- lai dari usaha kecil, kantin di SD
Negeri 02 Pagi Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Dari warung untuk anak
sekolah ini, Retno mengembangkan bisnis makanan rantangan untuk rumah dan
kantor. Terobosan mulai muncul saat ada pesta pernikahan di gedung Kepolisian
Daerah Metro Jaya pada 1987. Pemilik hajat
an rupanya cocok dengan masakannya dan meminta jasa kateringnya.
Sejak itu bisnis
katering perni kahannya lancar. Langkah
berikutnya saat ia tidak hanya menyediakan katering, tapi juga jasa perencana
pernikahan. Ini terjadi pada 1990, karena banyak pelanggan yang bertanya apa ia
juga menyediakan rias pengantin, pelaminan, dan seterusnya. “Akhirnya kami
gabungkan,” ujar Retno.
Dalam menjalankan
bisnis, dia menyiapkan tenaga khusus, misalnya orang yang khusus mengolah ikan,
mengolah ayam, dan membuat kue. Sedangkan untuk wedding organizer, Retno
menjalin kerja sama dengan rekanan penyedia foto studio, fotografer pelaminan,
perias pengantin, dan pembaca acara. Menurut Retno, rekanan ini bekerja dengan
nama Tidar’s dan bukan atas nama masing-masing. Sedangkan Gibran memulai bisnis
katering selepas kuliah pada 2010 dengan men cari modal sendiri ke bank-bank.
Meski saat itu ayahnya menjadi Wali Kota Solo, ia tidak mendapatkan fasilitas.
Alih-alih mendapat
kemudahan, ayahnya malah melarang anaknya itu melayani katering untuk lingkungan
Pemerintah Kota Solo. Chilli Pari pun kemudian mengandalkan produk agar
bisnisnya lancar. Mereka, misalnya, “menjual” makanan dengan sedikit penyedap
rasa sehingga lebih sehat. Mereka juga “menjual” kebersihan dapur.
Caranya, para konsumen
bebas menengok dapur untuk melihat sendiri bagaimana makanan disiapkan. Tour
de kitchen ini ru- panya cukup populer dan berhasil menarik konsumen.
“Mulai sinilah mereka (konsumen) mengenal produk kami,” kata Monie. “Istilah
Jawa ‘getok tular’ (dari mulut ke mulut), itulah promosi yang sangat mengena
dibanding kita sebar ribuan brosur.” Setelah empat tahun berdiri,
Chilli Pari berkembang
menjadi salah satu penyedia jasa katering dan wedding organizer yang
dikenal publik. Namun Monie enggan meng - ungkap berapa besar modal awal maupun
omzet dari bisnis yang ditekuni Gibran ini. Monie hanya mengatakan pesanan saat
ini mengalir cukup banyak. “Dulu setiap hari telepon masuk berdering bisa
dihitung, ka- dang tidak ada telepon sama sekali. Sekarang telepon kantor
selalu berdering dan tamu banyak yang berkunjung,” katanya. Apalagi setelah namanya
terkenal seperti sekarang, bisa dipastikan pesanan akan ikut membeludak.
No comments:
Post a Comment