Wednesday, March 9, 2016

BISNIS CATERING PUTRA PRESIDEN JOKO WIDODO



BISNIS ALA PUTRA PRESIDEN JOKOWI

PRESIDEN Joko Widodo memang sudah dikenal luar-dalamnya oleh orang Indonesia. Tapi keluarganya seperti “disimpan”. Itu sebabnya, semua orang tertarik saat ia memperkenalkan tiga anak  nya.

      Anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, menjelaskan alasan ia tidak pernah mengikuti kampanye ayahnya:
bekerja. Dan pekerjaannya? Pemuda 27 tahun ini ternyata berbisnis katering sekaligus perencana pernikahan dengan cap “Chilli Pari” di kampung halamannya, Solo.

     Tapi seberapa menguntungkan bisnis ini sehingga lulusan University of Technology Insearch, Australia, itu menggelutinya? memang ini sedikit lebih mu- rah. Tapi hanya sedikit. Salah satu perusahaan katering dan perencana pernikahan yang terkenal di Jakarta, Tidar’s, misalnya. Untuk hajatan standar di gedung pertemuan, seperti di Kementerian Sosial salah satu gedung yang laris untuk pesta nikah—mereka mema- sang harga Rp 93 juta untuk 1.000 tamu. Jika tamunya 500 orang, paket standar seharga Rp 68 juta. “Ini belum termasuk charge gedung,” kata Retno Susdiarti, pendiri dan pemilik Tidar’s.

      Retno mengatakan, tiap pekan rata-rata mereka melayani lima pesta pernikahan. Ia memang tidak bersedia mengungkapkan omzetnya. Tapi, dengan hitungan sederhana, jika lima pesta itu mengambil paket standar dengan biaya Rp 68 juta, dalam sepekan omzetnya Rp 340 juta. Nama Tidar’s berasal dari singkatan “tiga dara” karena Retno adalah tiga bersaudara

      Chilli Pari enggan membeberkan omzetnya. Tapi paket pernikahan komplet yang ditawarkan saat ini, mulai foto prani- kah, dekorasi, makanan, sampai mobil pen- gantin, mereka jual dengan rentang harga Rp 56,6-99,9 juta untuk 1.000 tamu. Untuk tahun depan, mereka sudah meren- canakan harga paket itu naik sehingga harga termurah Rp 69,9 juta dan tertinggi Rp 121 juta. “Harga tersebut masuk kategori kelas menengah ke atas untuk pasar Kota Solo,” kata Monie Wibowo, Manajer Pemasaran Chilli Pari.
       Dibandingkan dengan harga di Jakarta, dan semuanya perempuan. Sedangkan “s” di belakang kata “Tidar’s” adalah singkatan nama ayahnya, Sugeng. Bisnis ini dimu- lai dari usaha kecil, kantin di SD Negeri 02 Pagi Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Dari warung untuk anak sekolah ini, Retno mengembangkan bisnis makanan rantangan untuk rumah dan kantor. Terobosan mulai muncul saat ada pesta pernikahan di gedung Kepolisian Daerah Metro Jaya pada 1987. Pemilik hajat  an rupanya cocok dengan masakannya dan meminta jasa kateringnya.
       Sejak itu bisnis katering perni  kahannya lancar. Langkah berikutnya saat ia tidak hanya menyediakan katering, tapi juga jasa perencana pernikahan. Ini terjadi pada 1990, karena banyak pelanggan yang bertanya apa ia juga menyediakan rias pengantin, pelaminan, dan seterusnya. “Akhirnya kami gabungkan,” ujar Retno.
      Dalam menjalankan bisnis, dia menyiapkan tenaga khusus, misalnya orang yang khusus mengolah ikan, mengolah ayam, dan membuat kue. Sedangkan untuk wedding organizer, Retno menjalin kerja sama dengan rekanan penyedia foto studio, fotografer pelaminan, perias pengantin, dan pembaca acara. Menurut Retno, rekanan ini bekerja dengan nama Tidar’s dan bukan atas nama masing-masing. Sedangkan Gibran memulai bisnis katering selepas kuliah pada 2010 dengan men cari modal sendiri ke bank-bank. Meski saat itu ayahnya menjadi Wali Kota Solo, ia tidak mendapatkan fasilitas.
       Alih-alih mendapat kemudahan, ayahnya malah melarang anaknya itu melayani katering untuk lingkungan Pemerintah Kota Solo. Chilli Pari pun kemudian mengandalkan produk agar bisnisnya lancar. Mereka, misalnya, “menjual” makanan dengan sedikit penyedap rasa sehingga lebih sehat. Mereka juga “menjual” kebersihan dapur.
      Caranya, para konsumen bebas menengok dapur untuk melihat sendiri bagaimana makanan disiapkan. Tour de kitchen ini ru- panya cukup populer dan berhasil menarik konsumen. “Mulai sinilah mereka (konsumen) mengenal produk kami,” kata Monie. “Istilah Jawa ‘getok tular’ (dari mulut ke mulut), itulah promosi yang sangat mengena dibanding kita sebar ribuan brosur.” Setelah empat tahun berdiri,
      Chilli Pari berkembang menjadi salah satu penyedia jasa katering dan wedding organizer yang dikenal publik. Namun Monie enggan meng - ungkap berapa besar modal awal maupun omzet dari bisnis yang ditekuni Gibran ini. Monie hanya mengatakan pesanan saat ini mengalir cukup banyak. “Dulu setiap hari telepon masuk berdering bisa dihitung, ka- dang tidak ada telepon sama sekali. Sekarang telepon kantor selalu berdering dan tamu banyak yang berkunjung,” katanya. Apalagi setelah namanya terkenal seperti sekarang, bisa dipastikan pesanan akan ikut membeludak.

No comments:

Post a Comment